Kamis, 15 Februari 2024

KUAS KANVAS PHILIPPA




Tap-tap-tap langkah kaki gadis berusia 14 tahun itu terdengar mulai mendekati meja

penjaga perpustakaan sekolah.

“mbak dina aku mau pinjam buku ini ya” ucap kala dengan cengiran kudanya.

“buku yang kemarin belom balik loh” kata mbak dina si penjaga perpustakaan dengan

nada sedikit menyindir.

“besok deh ya mbak din, tadi kelupaan hehehe” balas dina dengan wajah tak berdosa.

Setelah berbisnis dengan mbak dina, kala si gadis dengan kepangan di rambutnya itu

mulai beralih dari lorong perpustakaan menuju kelasnya. Hari ini kala meminjam buku

berjudul philippa painting journal. Bagi kala Akan sangat menarik jika itu tentang

melukis.

“KALA, hahahaha kamu ingin menjadi pelukis? Bagaimana caramu kaya?” ujar nando

teman sekelas kala

“pelukis itu Cuma pegang kuas bukan pegang uang kala” kata feri ikut mengganggu kala

sambil tertawa terbahak bahak.

Gadis itu, kala tetap melanjutkan perjalanannya kembali ke kelas. Sangat kesal

sebenarnya, mereka hanya tak tau cara menghargai kesenangan orang kan? Tekad kala

sedikit menciut. Apa iya jadi pelukis itu tak ada gunanya? Apakah senang hanya dengan

memegang uang?

“ah entahlah” batin kala mencelos.

Pada akhirnya kala sedikit ragu, lebih memilih membereskan barang barang yang ada di

atas meja nya. Ia melangkah gontai keluar lagi dari kelas. Pulang, iya kala akan pulang

saja.

“brug” suara itu berasal dari tas kala yang dilempar sekena nya.

Buku dongeng yang tadi siang dipinjam kala ikut keluar dari dalam tas. Buru buru kala

menghampirinya. Buku itu terbuka dan

“AAAAAA BIBI ROSIE AKU TERJATUH” teriak kala ketika dirinya terperosok ke

dalam lubang yang gelap.

“dimana aku? Dimana aku?” ucap kala ketika keluar dari lubang gelap yang beberapa

menit lalu kala berada di dalamnya.

Kala berdiri, melihat baju seragam nya yang tak kelihatan kotor sama sekali. Seingatnya

dia terperosok ke dalam lubang. Keajaiban macam apa ini pikir kala. Kala mulai berjalan

mengendap ngendap, ia merasa tak aman sekarang. bayangkan saja dia sama sekali tak

tahu apa yang sedang terjadi padanya.

“kam AAAAAAA” jerit kala dan seorang didepanya bersamaan.

Mereka berdua sama terkejutnya. Gadis dengan Manik indah dan rambut pirang terurai

panjang itu mulai menetralkan degup jantunya.

“untung saja bukan penjaga istana huhh” ujar gadis itu celingukan melihat sekitarnya.

“kamu siapa?” tanya kala pada gadis di depan nya.

“aku putri lolani philippa, kau tak tahu aku?” jawab lolani

“aku bahkan tak tau dimana ini, Apakah ini sejenis halusinasi?” tanya kala lagi

“entahlah, tapi aku juga baru melihat penampilan gadis seumuranku yang tak bergaun

sepertimu” ucap lolani penasaran.

Mereka dapat akrab dengan cepat, entah karna mereka seumuran atau karna banyaknya

perbedaan diantara mereka. Hari mulai sore, matahari sudah susut dijemput. Tiupan angin

makin kencang dan tanpa enggan menerbangkan beberapa kertas kertas lukisan yang

belum selesai.

“yah itu lukisan lukisan siapa? Sayang sekali” ujar kala melihat kertas kertas itu terbang

terbawa angin

“biarlah, jika tau itu lukisan lukisan ku aku akan segera dihukum” jawab putri lolani

“hah? Memang mengapa dengan lukisan lukisanmu?” jawab kala cepat sambil

membulatkan mata nya

“anggota keluarga istana dianggap rendahan bila menggemari pekerjaan pekerjaan rakyat

rendahan” ucap putri lolani dengan raut yang bersedih.

“tetapi mengapa kamu tetap melukis?” ujar kala bertanya pada lolani.

“karna menyenangkan, tak seharusnya orang orang disekitarku membatasi ruang gerak ku

untuk bermimpi” ucap lolani

“jadi keluarga istana yang penuh kemewahan jadi sangat tak berarti bila diriku tak senang

ada didalamnya” lanjutnya bercerita pada kala.

“kisahmu sangat menyedihkan lolani, aku jadi banyak bersyukur tidak hidup menjadi

seorang putri kerajaan sepertimu” saut kala menanggapi cerita lolani philippa. 

“kau juga suka melukis?” tanya lolani

“iya aku sangat tertarik dengan melukis, tapi aku takut” ujar kala sedih

“ketakutan itu berasal dari dirimu sendiri, jika kamu yakin untuk melakukanya semua

akan terasa mudah meski banyak sekali rintangan didepanmu” kata lolani

Tak terasa langit mulai menggelap, lolani akhirnya berdiri dan mengambil sebuah kuas di

dalam tas kecilnya. Kuas itu terukir dengan nama philippa. Lolani kembali menghampiri

kala yang masih melihat lihat lukisan karyanya. Lolani tersenyum melihatnya, dalam hati

ia ingin sekali melihat kala melukis bersamanya.

“kala, ini” ujar lolani dengan menyodorkan kuas yang sebelumnya ia ambil dari tas kecil

disana.

“untukku?” jawab kala terkejut

“iya, kuas ini mewakili aku untuk menjadi teman melukismu” ujar lolani tersenyum

“ terimakasih”

“AAAAAA LOLANII TOLONG AKUU” teriak kala ketika lagi lagi ia terperosok dalam

lubang gelap ini lagi

Kala tak menyangka dirinya akan kembali ke kamar nya seperti sebelum ia terperosok.

Ah ternyata dia ketiduran saat membaca buku yang ia pinjam di perpustaakaan tadi siang.

Tapi apa tadi mimpi? Kala celingukan memastikan dirinya benar benar sadar. Entahlah

kala tak tahu, tapi kuas berukiran philippa milik lolani itu ada bersamanya.

“lolani philippa kamu keren bgt” ujar kala dalam hati

Ia kembali melihat kuas ditanganya, ia tersenyum. Kala jadi bersemangat melukis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

L9ver

Mati, cahaya kita tak lagi bersuara